Doran Gadget – Beberapa waktu belakangan muncul kembali mengenai isu AI bubble yang menghantui pasaran. Sempat muncul dan surut, permasalahan AI bubble kini mencuat kembali. Sebenarnya apa itu AI bubble dan kenapa ramai dibicarakan lagi? Untuk penjelasan lengkapnya, simak di bawah ini!
Apa Itu AI Bubble?

AI bubble adalah kondisi ketika investasi dan ekspektasi terhadap teknologi kecerdasan buatan tumbuh jauh lebih cepat daripada kemampuan teknologi itu sendiri untuk menghasilkan keuntungan nyata. Dalam situasi ini, banyak uang mengalir ke perusahaan yang dianggap pemain utama AI, walaupun belum tentu mereka memiliki model bisnis yang jelas atau profit yang stabil.
Gelembung ini muncul karena harapan yang terlalu tinggi, dan ketika kenyataan tidak bisa mengejar ekspektasi, pasar berpotensi mengalami koreksi. Fenomena semacam ini bukan hal baru karena dunia pernah mengalaminya pada masa dot com, hanya saja skala industri AI saat ini lebih besar karena melibatkan pusat data dan chip bernilai miliaran dolar.
Ketika Sam Altman mengatakan bahwa sektor AI sedang dalam gelembung, banyak pelaku pasar langsung bereaksi. Pernyataan itu memengaruhi cara investor menilai risiko dan peluang teknologi, meski Anda tidak mengikuti pasar saham secara detail. Selain itu, hal ini memicu diskusi luas karena industri AI kini menjadi salah satu sektor yang sangat dominan dalam pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
Baca juga: Apa Itu ChatGPT Atlas? Evolusi Baru dalam Dunia AI
Kenapa AI Bubble Ramai Lagi Sekarang?

Isu AI bubble muncul karena investasi di sektor ini sangat besar, hampir setara program Apollo, tetapi hasilnya belum sebanding. Studi MIT menunjukkan 95 persen proyek AI gagal untung, sehingga banyak pihak mulai meragukan apakah belanja besar itu layak atau hanya gelembung semu.
Perusahaan seperti Nvidia untung besar dari penjualan chip AI, tapi keuntungan ini belum tentu sampai ke pengguna akhir. Banyak perusahaan membangun pusat data dan layanan AI tanpa model bisnis kuat, sementara biaya operasional terus naik.
Tanda-tanda gelembung mulai terlihat, seperti valuasi tinggi tanpa profit, pola pendanaan berputar, dan struktur keuangan rumit. Bahkan Google mengakui tidak semua perusahaan akan bertahan jika pasar terkoreksi, sehingga kekhawatiran publik meningkat.
Baca juga: 10 AI Terbaik untuk Programmer, Ada yang Gratis!
Mengapa Banyak yang Takut Gelembung AI Pecah?

Ketakutan terbesar bukan hanya soal nilai saham yang jatuh, tetapi juga efek domino ke perekonomian. Belanja untuk AI kini menyumbang sebagian besar pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, sehingga jika investasi melambat atau berhenti akibat koreksi pasar, aktivitas ekonomi bisa ikut terseret. Banyak analis membandingkannya dengan masa sebelum krisis 2008 ketika dorongan ekonomi tidak sehat.
Jika gelembung pecah, perusahaan yang sudah mengeluarkan ratusan miliar dolar untuk pusat data akan menanggung beban utang besar, dan hal ini bisa menghambat ekspansi sektor lain karena dana investor terkunci di proyek AI.
Selain itu, biaya operasional AI terus meningkat karena setiap interaksi dengan model AI membutuhkan daya komputasi besar. Berbeda dengan aplikasi media sosial atau streaming yang justru lebih efisien saat jumlah pengguna naik, AI membutuhkan biaya tambahan seiring aktivitas meningkat.
Meski demikian, ada juga yang yakin AI bubble tidak akan pecah. Perusahaan raksasa seperti Microsoft, Google, dan Nvidia sudah mencetak profit dari teknologi yang mereka kembangkan, berbeda dengan startup di era dot com. AI dianggap sebagai teknologi yang akan mengubah hampir seluruh sektor ekonomi, sehingga meskipun biaya saat ini sangat besar, hasil jangka panjang diyakini akan menutupnya.
Beberapa pihak menyebut fenomena ini sebagai gelembung rasional karena investor bersedia menanggung risiko besar untuk memastikan tidak kehilangan momentum manfaat AI di masa depan.
Baca juga: Mengenal MedGemma AI: Revolusi dalam Dunia Kesehatan
Memanfaatkan AI dengan Bijak

Sebenarnya, meski ada kekhawatiran soal gelembung AI, teknologi ini punya banyak manfaat yang bisa langsung dirasakan dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. AI bisa membantu menyederhanakan tugas rutin, misalnya membuat laporan, menganalisis data, hingga membantu menulis atau desain.
Di bidang kreatif, AI bisa jadi alat bantu untuk brainstorming ide atau membuat konten lebih cepat. Di sektor bisnis, AI membantu memprediksi tren, meningkatkan layanan pelanggan, dan mengoptimalkan proses kerja. Fokuslah pada hal-hal yang bisa dikendalikan, misalnya:
- Belajar dulu tentang AI – Pahami tren, manfaat, dan risikonya agar keputusan finansial atau pekerjaan lebih bijak.
- Jangan taruh semua uang di satu tempat – Diversifikasi investasi atau jangan terlalu bergantung pada saham atau produk AI saja.
- Ikuti perkembangan – Perhatikan berita dan pernyataan perusahaan besar, tapi jangan terlalu reaktif terhadap rumor
- Gunakan AI untuk diri sendiri – Alih-alih ikut investasi spekulatif, manfaatkan teknologi AI untuk produktivitas, belajar, atau pekerjaan sehari-hari.
Intinya, bisa tetap ambil manfaat AI tanpa ikut terbawa risiko besar dari gelembung yang mungkin terjadi. Dengan begitu, orang awam atau pekerja bisa lebih bijak memilih dan menggunakan AI. Alih-alih ikut panik soal investasi atau hype pasar, fokuslah memanfaatkan AI untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas pekerjaan. Jadi, meski ada risiko gelembung, manfaat nyata AI tetap bisa dirasakan tanpa harus mengambil risiko finansial besar.
Baca juga: 10+ Tools AI untuk Membuat PPT 2025, Presentasi Lebih Mudah!
Penutup
AI memang membawa banyak peluang untuk mempermudah pekerjaan dan meningkatkan produktivitas. Dengan memahami risiko sekaligus memanfaatkan manfaatnya, Anda bisa lebih bijak dalam menggunakan teknologi ini sehari-hari. Jangan sampai hanya karena hype Anda melewatkan kesempatan untuk memaksimalkan potensi AI dalam pekerjaan atau kreativitas Anda.
Temukan berbagai aksesoris gadget terbaik untuk mendukung penggunaan teknologi Anda, hanya di Doran Gadget. Jangan tunggu lagi, lengkapi perangkat Anda sekarang dan rasakan pengalaman kerja yang lebih praktis dan maksimal!

